Laporkan Akong Lakukan Tindakan Asusila, Pekerja Migran di Taiwan Gagal Penjarakan Akong

Seorang pekerja migran perawat pasien di Taiwan menuntut kompensasi ke Akong sebanyak NTD 185.000 dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual, akan tetapi tuntutannya gagal.

Pekerja Migran asal Filipina tersebut bekerja merawat Ama. Untuk memudahkan dalam menjaga Ama pekerja itu tidur satu kamar dengan Ama, selain itu ada juga akong yang tidur satu kamar.

Kejadian berawal pada bulan Agustus tahun 2018 lalu, pekerja migran tersebut mengatakan, pada suatu malam akong menyentuh bagian vitalnya. Karena ia merasa tidak nyaman akhirnya ia melaporkan tindakan akong tersebut dan mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut serta minta pindah majikan.

Dalam laporannya pekerja tersebut menuntut kompensasi atas tindakan asusila yang dilakukan akong senilai NTD 100.000, serta menuntut gaji selama 5 bulan sebesar NTD 85.000, sehingga total tuntutannya senilai 185 Ribu NT.

Dalam sidang pertama, akong divonis hukuman penjara 10 bulan. Akan tetapi majikannya mengajukan banding karena ia beralasan pekerja tersebut tidak bekerja dengan baik.

Berdasarkan keterangan dari ejensi, bahwa dari awal sebelum kejadian pekerja tersebut sudah punya niat pindah majikan yaitu ingin pindah ke pabrik. Jadi, bukan karena adanya kejadian tersebut yang menyebabkan ia minta pindah.

Sementara tuduhannya terhadap Akong telah melakukan tindakan asusila, setelah diselidiki hasilnya karena tempat tidur pekerja migran tersebut letaknya agak rendah dibanding dengan ranjang Akong Ama dan letaknya dekat dinding. Sehingga pada saat Akong (lansia) bangun dari ranjang dan mau melangkah ia tidak sengaja menyentuh dada pekerja tersebut.

Karena Akong dinyatakan tidak terbukti bersalah, akhirnya pada sidang kedua Akong dibebaskan dari hukuman penjara 10 bulan. Akan tetapi tetap memberikan kompensasi sebesar NTD 185.000. Hal tersebut menurut jaksa termasuk putusan langka.