Sedang Rayakan Ulang Tahun, Pekerja Migran Jadi “Dokter” Oplas Ilegal Ditangkap Imigrasi

Seorang pekerja migran asal Vietnam bermarga Xie dan ceweknya ditangkap imigrasi karena membuka praktik salon kecantikan medis ilegal di area Asean Square Taichung beberapa hari lalu.

Imigrasi bekerja sama dengan Tim investigasi, Biro kesehatan, dinas keamanan makanan dan obat-obatan serta Biro Tenaga Kerja Taichung melakukan penggerebekan di tempat praktik Xie.

Tim gabungan berhasil menangkap Xie yang pada saat itu sedang merayakan ulang tahun. Empat orang tersangka lainnya yang ditangkap yakni ceweknya Xie, serta tiga orang “muridnya”.

Selain itu, juga mengamankan berbagai perlengkapan alat bedah, jarum suntik, Adam hialuronat dll., yang tidak diketahui asalnya.

Imigrasi mengatakan, Xie masuk Taiwan tiga tahun lalu sebagai pekerja migran resmi di pabrik pembuatan pintu jendela di Taichung. Karena ingin menghasilkan uang yang lebih banyak, kemudian ia belajar operasi plastik (oplas) melalui youtube secara otodidak.

Pada siang hari Xie bekerja di pabrik, selain jam kerja ia menjadi dokter oplas ilegal dan membuka praktik di sekitar Asean Square, Taichung.

Adapun semua peralatan dan obat-obatan untuk melakukan operasi seperti suntikan kosmetil untuk pembesaran payudara, operasi hidung, pantat, bibir, dagu, alat penyedot lemak dll, dikirim dari Vietnam melalui post.

Dalam praktiknya Xie dibantu oleh ceweknya serta tiga orang “muridnya” yang merupakan pekerja migran juga tugasnya menjahit bekas operasi. Xie mematok harga antara NTD 300 hingga NTD 3000 setiap 1cc-nya. Sementara muridnya, karena mereka ingin belajar menjadi seorang dokter ahli bedah juga, maka mereka membayar biayanya kepada Xie sebesar NTD 30.000 perorang.

Untuk mempromosikan usahanya, mereka mengunggahnya di Facebook atau pun live melalui TikTok ketika sedang melakukan operasi. Rupanya Xie memiliki banyak sekali penggemar, hal itu terbukti Xie menerima buket bunga yang terbuat dari uang kertas.

Imigrasi mengatakan, akibat dari perbuatan Xie dan kawannya tersebut, mereka bisa terancam tindak pidana pelanggaran hukum kedokteran.